10 Desember 2009

Teh Bisa Cegah Penyakit Degeneratif

Menurut Prof Dr Ali Khomsan, Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Institut Pertanian Bogor (IPB), teh berasal dari bahasa China, yaitu tay. Bangsa China mengenal teh sejak 2700 SM kemudian orang Jepang mulai mengembangkan penanaman teh sejak 800 M serta menjadikannya sebagai bagian tradisi sosial dan agama.

Tanaman teh dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis dengan curah hujan tidak kurang dari 1500 mm. ''Tanaman teh memerlukan kelembaban tinggi dengan temperatur udara 13-29,5 derajat C sehingga tanaman ini tumbuh baik di dataran tinggi dan pegunungan berhawa sejuk.''

Pendapat yang sama datang dari dr Ekky M Rahardja MS, spesialis gizi medis RS Graha Medika.

''Masyarakat China, Himalaya, ataupun Tibet memiliki kebiasaan atau tradisi minum teh setiap hari. Budaya ini juga terdapat di Jepang. Manfaat teh memang cukup banyak dan aman dikonsumsi,'' kata Ekky. Sepanjang tahun, lanjutnya, tidak pernah ada laporan orang keracunan teh.

Ali menjelaskan terdapat beberapa jenis teh, antara lain teh hijau dan teh hitam. Teh hijau adalah teh berasal dari pucuk daun teh yang sebelumnya mengalami pemanasan dengan uap air untuk menonaktifkan enzim-enzim yang terdapat dalam daun teh, kemudian digulung dan dikeringkan.

Sedangkan teh hitam dibuat dari pucuk daun teh segar yang dibiarkan menjadi layu sebelum digulung, kemudian dipanaskan dan dikeringkan. Teh hitam disebut juga teh fermentasi.

Daun teh mengandung tiga komponen penting yang memengaruhi mutu minuman, yaitu kafein yang memberikan efek stimulan, tannin memberi kekuatan rasa (ketir) dan polifenol yang memiliki khasiat kesehatan.

''Polifenol adalah antioksidan yang kekuatannya 100 kali lebih efektif dibandingkan vitamin C dan 25 kali lebih tinggi dibandingkan vitamin E,'' kata Prof Ali.

Polifenol juga bermanfaat untuk mencegah radikal bebas yang merusak DNA dan menghentikan perkembangbiakan sel-sel liar (kanker). ''Untuk mengambil khasiat antioksidan dari teh dianjurkan agar kita menyeduh teh dalam air hangat selama tiga menit.''

Tannin dalam teh yang menimbulkan rasa agak sepat diketahui dapat menghambat penyerapan mineral besi. Itulah sebabnya wanita hamil dianjurkan untuk tidak terlalu sering minum teh guna menghindari risiko anemia (kurang darah).

Baik untuk jantung

Teh juga mengandung katekin tinggi. Aktivitas polifenol maupun katekin sebagai antioksidan untuk mencegah radikal bebas dapat mengurangi kerusakan sel sehingga proses penuaan menjadi lebih lambat.

''Orang tua zaman dulu sering menganjurkan agar kita tiap pagi selalu mencuci muka dengan air teh yang telah direndam semalam (teh wayu). Peresapan air teh melalui pori-pori wajah kita diyakini akan membuat kulit muka selalu kelihatan kencang dan bersinar sehingga memberi kesan awet muda,'' kata Ali.

Teh adalah minuman pengulur usia. Studi di Norwegia menunjukkan bahwa mereka yang rajin minum teh minimal secangkir sehari akan dapat menekan angka kematian. Penelitian lainnya dengan subjek manusia usia lanjut (manula) di Belanda menghasilkan temuan bahwa risiko kematian akibat penyakit jantung menurun seiring dengan kebiasaan minum teh.

Hal ini juga telah dibuktikan sendiri pada masyarakat China yang memiliki usia lebih dari 100 tahun. ''Di Indonesia usia 50 tahun meninggal dianggap biasa. Apalagi meninggalnya karena penyakit degeneratif. Teh merupakan salah satu cara untuk mencegah penyakit degenaratif,'' kata Ekky.

Teh memang bermanfaat buat kesehatan karena mekanisme kerjanya menghambat penumpukan plak di arteri sehingga mengurangi risiko penyakit jantung koroner. Para peminum teh juga mempunyai arteri yang lebih muda dan kurang rusak. Arteri yang rapuh akan mempermudah penumpukan kolestrol yang menyumbat pembuluh darah.

Oleh sebab itu, lanjut Ekky, sering kali orang minum teh untuk menurunkan kolestrol di dalam tubuh, dan ada kaitannya dengan fungsi sebagai pelangsing tubuh.

''Karena teh sendiri mengandung zat untuk menghambat penumpukan kolestrol dan mengurangi lemak jahat di dalam darah. Lebih dianjurkan bila minum teh jangan dicampur dengan gula. Karena gula akan menghambat bahan aktif di dalam teh tersebut.''

Teh juga akan menetralisasi nitrosamin (penghancur sel) yang berasal dari daging olahan yang diawetkan dan menangkal HCA (amina heterosiklik). ''Bila kita memasak daging, terbentuklah senyawa HCA. HCA adalah zat penyebab mutasi yang dapat merangsang munculnya radikal bebas dan secara luas merusak DNA sel-sel tubuh manusia,'' kata Ali.

Berbagai percobaan pada binatang menunjukkan HCA menyebabkan kanker usus besar, payudara, pankreas, hati, dan kandung kemih.

HCA disinyalir bertanggung jawab terhadap meningkatnya insiden kanker payudara dan usus besar pada wanita di Amerika. Kekuatan antioksidan pada teh akan mencegah efek buruk HCA.

Teh adalah sup kimiawi yang kaya antioksidan. Kegiatan antioksidan dalam darah para peminum teh meningkat 41-48% setelah 50 menit minum teh hitam.

Minum teh secangkir dua cangkir sehari kiranya memadai untuk mendapatkan manfaat positif antioksidan. Menurut Ali, sebuah studi di Shanghai, China, membuktikan teh memberikan perlindungan terhadap munculnya kanker esophageal.''Manfaat ini akan lebih besar lagi apabila kita bukan perokok dan bukan peminum minuman keras.

Senyawa-senyawa dalam teh juga mampu melawan kegiatan bakteri tertentu yang menyebabkan kerusakan jaringan gusi dan tanggalnya gusi. Bakteri streptokokus mutans yang menyebabkan pembusukan gigi.

Untuk itu, Ekky menyarankan dalam minum teh sebaiknya tidak langsung ditelan. ''Melainkan saat minum teh langsung kumur-kumur sebentar kemudian ditelan. Karena teh juga mengandung flouride seperti halnya pasta gigi yang berfungsi untuk kesehatan gigi dan gusi.'' (Nda/V-1)

Tidak ada komentar: